Selamat menyaksi siri program daripada Perbadanan Praktikal Enlightenment Benar yang dirakam kepada Dharma Satelit untuk menyebarkan pendidikan Dharma Buddha. Untuk menyenangi semua orang, siri ini akan menyiarkan di Dharma Satelit dan internet. Sebelum siri ini, kami telah merakami banyak projek tentang Tiga-Perantaraan Bodhi. Kamu sekalian boleh menyaksikan projek-projek yang telah dirakam di laman web Perbadanan Praktikal Enlightenmen Benar.
Welcome to the series of programs that the True Enlightenment Practitioners Association recorded for the Dharma Satellite to propagate the Buddhist teachings. For the convenience of everyone, this program will be aired on Dharma Satellite as well as on the internet. Before this series, we have already recorded many programs regarding the Three-Vehicle Bodhi. You may check out the complete recorded programs on the official site of the True Enlightenment Practitioners Association.
目前我们这个系列,预计给大家录制的第一个部分叫作《佛典故事》,第二个部分则是讲述 平实导师(萧平实 XiaoPingS 导师)的《起信论讲记 - commentary on the Awakening of Mahayana Faith》。《佛典故事》的部分主要侧重的地方,也就是希望对于许多的广大的初机的学佛人,希望透过故事的方式,来告诉他们 佛陀的教诲,并且从中引生他们对于学佛的兴趣,所以这个部分的《佛典故事》的内容,会偏向于比较浅显,容易理解。而在《起信论讲记》的部分,就会依据平实导师(萧平实导师)书上的内容,会稍微深入一些。那接下来我们就进入今天的《佛典故事》的第一集。
Sementara ini, siri-siri kami, yang pertama adalah "Alkisah Buddha", kedua adalah berkaitan dengan "Ulasan pada Kebangkitan Kepercayaan Mahayana" yang ditulis oleh Ping Xiao. "Alkisah Buddha" lebih menekan pada pengajaran Buddha bagi pemula dengan menceritakan kisah-kisah Buddha demi membangkitkan minat mereka pada ajaran Buddha. Oleh itu, isi kandungan "Alkisah Buddha" lebih senang difahami. Malah, "Ulasan pada Kebangkitan Kepercayaan Mahayana" akan lebih mendalami jika mengikuti buku Ping Xiao. Sekarang, marilah kita masuk ke episod pertama - "Alkisah Buddha".
As for this series, the first part is “Buddhism stories” and the second part is about Xiao Pings’ “Commentary on the Awakening of Mahayana Faith”. The main idea of “Buddhism stories” is to teach the beginners Bhudda’s teachings by telling them stories and eventually arouse their interest to Buddhism. Therefore, this part will be more simple and easy to understand. In terms of the “Commentary on the Awakening of Mahayana Faith”, it’s going to be deeper since it is based on Xiao Pings’ book. Now let’s move on to the first episode - the “Buddhism stories”.
Cerita hari ini kami ingin berkongsi adalah "Kisah Saling-menyaling Menbencian dan Menbahayakan" daripada “Sutra Seratus Kisah” volum 4. Marilah kita membaca isi sutra (Kitab Buddha) dahulu:
The story that we are going to tell you today is called “A Parable of Resentment and Harm”. It is from volume 4 of the One Hundred Parables Sutra. Let’s read the scripture first.
Sutra ini menceritakan tentang satu orang pada masa yang lama dulu, berlaku sesuatu dengan seseorang lain menyebabkan tidak menyenangi hati, kemudian menbenci antara satu sama lain. Disebabkan oleh kebencian ini, orang itu tidak gembira. Selepas itu, ada orang lain tanya beliau: "Kenapa kamu hari ini? Kenapa kamu nampak murung?". Beliau menjawab: "Saya sedih kerana kena fitnah, saya rasa sangat marah, tetapi sekarang saya tidak ada keupayaan untuk balas dendam, sebab itu saya selalu sedih. Orang yang mendengar kata-kata ini memberitahu orang itu: “Saya tahu ada satu benda nama Vinaya-Dharani boleh membantu kamu membalas dendam pada orang itu, tetapi Vinaya-Dharani mengandungi satu kelemahan. Sebelum kamu membahayakan orang lain, diri sendiri akan mengalami bahaya dahulu. Selepas watak pertama cerita ini dengar cerita ini, dia tidak rasa ketakutan, sebaliknya rasa sangat gembira. Ini disebabkan oleh beliau hanya memikirkan bagaimana membalas dendam sepanjang masa ini. Oleh itu, walaupun perlu mencederakan sendiri, beliau tidak kisah. Beliau berasa sangat gembira dan berkata: Sila mengajar saya, walaupun akan mencederakan diri saya, tetapi saya hanya hendak mencederakan dia, saya tidak kisah pada diri sendiri.
This scripture is basically telling the story of a person from a long time ago who didn’t get along with another person and thus hated him. Because of the hatred and anger that was kept inside him, he wasn’t happy at all. Afterwards, another man asked him: “What happened to you today?” “Why do you look so gloomy?” He answered: “I’m upset because someone slandered me.” “And I’ve been thinking of a way to take a revenge on him, but for now I don’t think I have the capability to do so. Therefore I’ve been so upset since then.” After hearing the story, the person responded: “I know there’s a thing called Vinaya-Dharanai that can help you to revenge by hurting the person that you hate. However, there’s a disadvantage to it. Before hurting others, it will hurt you first.” The main character of the story not only was not afraid at all, he was actually pretty happy to hear about this. Because revenge is the only thing he had been thinking about ever since. Therefore, he would do it at any expense, despite hurting himself. So he begged the guy to teach him how to do it: "I know it will hurt me too, but I will sacrifice whatever it takes just to hurt the other guy. I don’t care how serious I will be hurt as long as I can hurt him."
这是这一篇的佛典故事,听了之后,各位也许会觉得匪夷所思,怎么会有这样的心行呢?实际上,我们每一个人都有这样的心行,请各位细细地听下去就知道了。
This is the first story. I think many may be astonished and confused after hearing the story: why does this kind of mental behavior even exist? Actually, we all possess this kind of mental activities. Please allow me to explain.
Ini adalah cerita pertama, kemungkinan kamu akan rasa terkejut selepas mendengar cerita tersebut dan tidak dapat membayang bahawa kenapa ada fikiran muncul seperti ini? Pada hakikatnya, kita semua orang juga ada fikiran macam ini, harap kamu sekalian mendengar kemudian.
Pertama sekali, marilah kita membaca cerita ini yang mengenalkan Dharani. Dalam cerita ini namanya Vijaya-Dharani. Kami akan menerangkan mengikut perkataan Dharani. Dharani dalam Dharma Buddhisme bermaksud pemusatan semua dharma dan pemegang semua maksudnya. Dalam perkataan lain, ia bermaksud ringkasan semua dharma, semua artikel dan semua maksud dalam satu artikel, atau satu dharma, atau satu maksud. Semacam kita menguasai maksud, atau istilah, atau prinsip asas yang penting dengan lebih mendalam dan luas. Sebagai contoh, di dalam “Maha Prajna-Paramita Sutra” telah membincang apakah itu Dharani. Bodhisattva Nagarjuna memberitahu kita: “Dharani adalah sesuatu yang boleh memegang dan menahan. Memegang bermaksud Dharani dapat memegang Dharma yang baik supaya ia tidak dapat hilang; Sementara menahan bermaksud untuk menahan segala permikiran jahat dan perbuatan buruk supaya ia tidak dapat dilahir.” Ini adalah maksud Dharani dalam “Maha Prajna-Paramita Sutra”.
First of all, let’s take a look at the so-called Dharani mentioned in the story. Of course in the story it is mentioned as Vinaya-Dharanai. We will explain it to you first by defining the word Dharani. Dharani means centralizing all dharmas and holding all meanings. In other words, it means to summarize all dharmas, all articles and all meanings in only one article, or one dharma, or one meaning. It is just like we may understand far deeper and broader terms or doctrines or articles if we understand these summarized meanings or sentences or principles. For example, Dharani is explained in the “Mahaprajna Paramita Sastra” as follows. Bodhisattva Nagarjuna said: “Dharani means being able to hold and restrain. Being able to hold means Dharani is able to contain all the good Dharma and stop it from losing. Being able to restrain means it is able to prevent all the evil thoughts and behavior from arising.” This is what it says Dharani means in the “Mahaprajna Paramita Sastra”.
Sementara membaca ini, kamu sekalian mesti akan meragui kenapa dapat menggunakan satu ayat atau satu perenggan, atau satu prinsip yang mudah untuk pemusatan semua Dharma namun maksudnya adalah begitu indah. Dharma yang baik begitu banyak, Kamu bagaimana boleh memberitahu, yang memegang segala Dharma baik supaya tidak hilang dan menahan segala perbuatan buruk supaya ia tidak dilahir? Saya menggunakan satu contoh yang mudah untuk memberitahu sebab ini. Sebagai contoh, yang paling mudah, masa kita di sekolah rendah, masa itu cikgu mengajar kita jadual pendaraban, iaitu suruh kita menghafal dan mengingat jadual itu. Setelah kita menghafal jadual pendaraban, kita dapat menjawab soalan pendaraban. Jadual pendaraban ini dalam pandangan matematik ialah menggunakan cara penghafalan untuk mengurangkan cara penambahan yang berulang kali, supaya dapat menggunakan cara ingatan untuk menyelasaikan soalan pengiraan. Dengan cara ini, apabila kita membuat pengiraan darab, semua boleh menggunakan jadual pendaraban ini. Jadi, dengan maknanya, jadual pendaraban dibandingkan sebagai Dharani.
When reading this, you probably may wonder how it is possible to summarize and hold all the superior and subtle Buddha Dharma with just one simple sentence, or one simple paragraph or one simple doctrine. How can you say it is being able to hold all wholesome Dharma and keep it from being lost and restrain all the evil activities from arising when in fact there are so much wholesome dharmas? I may use a simple example in our daily life to help you understand this. Think about it: aren’t we using similar ways when we study in this mundane world? For example, when we were in elementary school, teachers always taught us to memorize multiplication table because it was the simplest and easiest way to solve multiplication problems. After we memorized the multiplication table, all multiplication problems could be easily solved. From the mathematical point of view, this idea was just using memorization to get the result quicker so that we did not have to add repeatedly to get there. Every time we saw a multiplication problem we could always use the multiplication table to solve it. Therefore, in a certain way, multiplication table is a Dharani to our multiplication problems.
Selain daripada contoh di atas, kita juga telah memperlajari cara-cara bagaimana untuk merawat kecederaan terbakar. Arahan merawat kecederaan terbakar merangkumi: bilas, tanggal, rendam, menutup, hantar. Setiap perkataan ini mewakili satu prosedur. Sebagai contoh, “bilas” adalah apabila berlaku kecederaan bakar,kita mesti membilas tempat bakar serta merta dengan masa yang mencukupi. “Tanggal” ialah menanggal baju yang berada di atas tempat bakar dengan syarat tidak mencederakan lagi tempat bakar. Formulasi ini adalah membantu kita apabila berlaku kecederaan terbakar mengingatkan kita apakah yang perlu buat sebelum dihantar ke hospital. Oleh itu, lima cara perkataan pertolongan cemas ini adalah satu Dharani untuk merawat kecederaan terbakar.
Another example, we’ve all heard doctor’s instruction on how to treat burn injuries. The instruction tells people to follow the five steps when dealing with burn injuries: Rinse, strip, soak, cover, and send. Each of the five words represents a procedure. For example, “rinse” means when one is burned, the immediate treatment is to rinse the burned part with cold water for a fairly long time. “Strip” means that one has to try to strip off whatever clothing is on the wounded part without further hurting the skin, and so on and so forth. So every word represents a procedure. Even elementary school students are familiar with all these procedures with education. Therefore, every time when there’s an accident of burn, the five-word treatment procedure will pop up on our mind and instruct us to deal with the accident right away accordingly to prevent further serious damage. This five-word first aid procedure simply tells us what shall be done to a burn injury before it is attended by a doctor. Therefore, in a sense, the 5-word procedure is a Dharanion treating burn injuries.
Daripada perspektif ini, kita boleh memahami bahawa Dharani adalah sejenis cara penghafalan dalam pembelajaran. Dengan menggunakan jadual pendaraban dan lima perkataan cara pertolongan cemas sebagai contoh, kedua-dua contoh dapat meningkatkan tahap penghafalan kita. Oleh itu, Dharani dikatakan sebagai sejenis cara penghafalan yang asas dan senang difahami.
From this perspective, we may understand Dharani as a way of memorizing in learning in our daily life. At least for the multiplication table and the 5-word first-aid procedure that we gave in the examples above, they are simple pithy formulas for people to remember. So, the most basic and entry-level understanding of Dharani is that it is just a way of memorizing.
Yang atas adalah contoh-contoh yang diberi mengikuti pembelajaran duniawi, sekarang kita melihat lebih mendalami dengan lebih dekat pada cara Dharma Buddhisme. Sebagai contoh, kita pernah dengar bahawa jika memegang beberapa prinsip, kita dapat mengurangkan kebimbangan. Apakah prinsipnya? Iaitu menghadapi, menerima, menyelasaikan, melepasi. Empat prinsip-prinsip ini menerangkan apabila kita menghadapi kebimbangan, terutamanya ketika menghadapi sesuatu yang tidak lancar, kita perlu berani menghadapinya, bukan sebaliknya lari daripadanya, dan menerima wujudnya fakta ini. Memandangkan masalah ini telah di hadapan mata, selepas ini perlu tanya sendiri bagaimanakah menyelesaikannya dengan rasional. Kita perlu mengetepikan emosi kita dahulu, selesaikannya dengan rasional, baru memikir bagaimana melepasinya dengan tiada halangan di dalam hati sendiri. Ini adalah salah satu cara yang sentiasa kita dengar yang berkaitan dengan Buddhisme, seolah-olah Buddhisme adalah di tahap menghadapi, menerima, menyelesaikan, melepasi.
Above is an example of how we learn in this mundane world. Now let’s look at it from the view of Dharma’s world. For instance, many of us have heard the saying that if we can hold on to some basic principles, we will know how to ease our vexations. What are the principles then? They are: face them, accept them, deal with them, and let them go. These four procedures describe what we can do when we are facing vexations, especially when things go south. We have to face them bravely instead of running away from them, then accept the fact that the matters do actually exist. Since the trouble is already right in front of our own eyes, we have to ask ourselves how we can deal with it rationally. We have to set aside our emotions first, do whatever it is needed rationally, then we can think of a way to let it go without any hindrance. This is so-called one of the concepts of Buddha Dharma that many people have heard. Seemingly, Buddha Dharma is at the level of facing, accepting, dealing with, and letting go.
Walaupun empat prinsip ini: menghadapi, menerima, menyelesaikan, melepasi, memang membantu kita megurangkan penbimbangan dalam dunia ini, dan menyelasaikan banyak perkara yang leceh, Oleh itu, ia adalah satu Dharani dari pandangan ini. Namun kami perlu mengingatkan kamu sekalian, empat prinsip ini hanya adalah cara penyelesaian duniawi. Jadi, kita perlu menerangkan pemahaman ini dengan betul, ia adalah satu cara untuk mengurangkan kebimbangan yang mudah dan dari permukaan. Sementara kamu sekalian telah mengetahui dan pernah mempraktik empat prinsip ini, kamu akan tahu cara ini tidak cukup untuk menghadapi semua kebimbangan dan masalah, ia hanya membantu kita menghadapi masalah pada tahap cetek, tetapi tidak menyelesaikan dari asalnya. Empat prinsip ini tidak dapat menyelesaikan semua masalah, oleh itu kami mengelaskan ia sebagai cara duniawi.
As we have explained earlier that the four-step procedure, including face it, accept it, deal with it, and let it go, is indeed an effective way for us to solve many vexations in this world. Therefore, it is also a kind of Dharani, or an overall summary in other words. But we have to remind the readers that the four procedures in this measure are all approaches of mundane dharma and whose state of conscious mind is also worldly. So we have to make it clear that the correct understanding of this four-step measure is that it is a method aiming at eradicating dispositional hindrances. This method is effective indeed when we deal with simple worries and vexations. However, as long as you have tried it and known the true meaning of it, you will realize that it is insufficient for us to deal with all our worries and vexations because the four procedures only deal with vexations in a very shallow level and they don’t solve the problems from the core. The core is the origin of vexations. Because they do not reach the core of vexations, they cannot be effective ways to eradicate vexations so as to lead us to liberation. For this reason, we mentioned earlier that we consider this method a way to eradicate dispositional hindrances in the secular world.
Namun, Buddha memberitahu kita bahawa laluan pembebasan adalah lebih daripada ini. Jika kita mengikuti cara laluan pembebasan yang diberitahu oleh Buddha, kita boleh mencapai maklamat muktamad. Oleh itu, dalam bahagian ini, kita belajari Dharma Buddhisme, walaupun kamu sekalian merasai empat prinsip ini sangat berguna, tetapi saya perlu memberitahu kamu sekalian, ini masih bukan Buddhisme yang benar. Cara laluan pembebasan yang lagi banyak, lagi mendalami, lagi indah masih menunggu semua orang untuk memperlajarinya. Jika kamu ingin mempelajari Dharma Buddhisme yang benar, kamu perlu lebih belajar mendalami lagi.
However, what the Buddha said about the Path to Liberation is more than this. If we follow precisely the Path to Liberation that Buddha has said and practice it step by step, the Path to Liberation that Buddha taught us will truly lead us to be liberated from vexations. So when we talk about learning Buddha’s teachings, especially when you are a beginner, you might think that the principle of facing it, accepting it, dealing with it, and letting it go is very useful, but we have to tell you that this is not the true Buddha Dharma.The real Path to Liberation of Buddha Dharma has much more, deeper, and more wonderful principles and doctrines for us to learn. If you really want to learn about the true Buddha Dharma, you have to go beyond this level.
Sekarang marilah kita lihat balik Dharani, jika kita mengikuti empat prinsip untuk menyelesaikan kebimbangan, Dharani sememangnya boleh menyelesaikan masalah yang biasa. Pada masa lain juga ada orang berkata: “Jangan takut kepada pembangkitan pemikiran tetapi takut kepada perasan lewat”. Ada juga orang lain berkata: “Kita hanya perlu mengekalkan pemikiran yang berfungsi mengetahui, tidak mengikuti situasi”. Penghurahan kedua-dua ini hampir sama, ia mengalakkan semua orang cara untuk mengatasi aktiviti minda (mental) semasa menghadapi masalah. Pada masa kamu ingati ayat-ayat semacam ini, kamu akan dapat sentiasa mengingati diri sendiri semasa menghadapi masalah: “Ah! Saya tidak boleh bimbang lagi.” Oleh itu, ayat seperti “Jangan takut kepada pembangkitan pemikiran tetapi takut kepada perasan lewat”, boleh dianggapkan sebagai satu Dharani untuk menangani halangan secara duniawi. Dharani boleh menghalang kita terlibat dalam masalah kebimbangan dalam situasi umum.
Now let’s take a look at the Dharani again. The four procedures that are used to deal with vexations are like Dharani and they can be used to deal with general problems. On the other hand, we may have heard some voice say: “Fear no arising of thoughts but delayed awareness.” And there are some other people saying: “As long as we are aware of the arisen thoughts and don’t let the state of conscious mind lead us by nose. “ This type of saying has exactly the same idea. It simply encourages people to treat their mental activities when they have vexations. When we remember these sayings we may alert ourselves immediately as the vexations arise: “Ah! I shall stop having these worries!” Therefore, this type of saying like “fear no arisen thoughts, but delayed awareness” can also be considered a kind of Dharani which is used to eradicate dispositional hindrances according to the mundane dharma. As long as we keep it on our mind, in general, it can effectively prevent us from being enmeshed in vexations.作者: 常不輕 时间: 2017-2-4 10:40 PM
所以,讲来讲去,这个世间这些世间的法,包括我们刚刚讲的九九表,烧烫伤的处理,或者是面对它、接受它、处理它、放下它,或者是不怕念起、只怕觉迟,这些世间的方法其实它的本质都是一种记忆的方法;或者另外一种理解的方式,就是它都是一种口诀,透过这个口诀的方式,让你掌握到你接下来应该要怎么做比较好。所以,如果我们真的深入去看的话,我们会发现到我们从小到大的学习过程里面,我们总是一遍又一遍的运用陀罗尼的方式,来帮助我们学习。如果各位对这一点有所怀疑的话,你不妨回想看看,当我们在经过任何一次的考试的时候,我们在考前复习的时候,总有一些方式,我们会发展出符合自己的这个方式来记忆;比方说,如果是考地理的知识,我们都往往会想出各式各样符合自己记忆方法的口诀出来,帮我们在考试的时候,能够回想起复杂的地理知识,那就是一种陀罗尼了。
Sehubungan itu, intipati Dharma duniawi, seperti jadual pendaraban, cara perawatan kecederaan bakar, empat prinsip mangatasi kebimbangan, atau “Jangan takut kepada pembangkitan pemikiran tetapi takut kepada perasan lewat”, adalah asas penghafalan. Atau dengan cara memahami, persamaannya adalah satu jenis formulasi, melalui formulasi ini, dapat menguasai cara untuk membuat kemudian. Oleh demikian, dalam pembelajaran kita dari muda hingga tua, kita menggunakan Dharani berulang kali, untuk membantu pembelajaran kita. Jika kamu sekalian masih meragui, silalah ingat balik, apabila kita menghadapi peperiksaan, ketika mengulang kaji, kita mengguna sesuatu cara untuk membantu kita menghafal. Sebagai contoh, jika menduduki peperiksaan Geografi, kita sering kali dapat memikir banyak jenis formulasi yang sesuai kepada sendiri, membantu kita dalam peperiksaan supaya boleh mengingati ilmu Geografi, ini adalah jenis-jenis Dharani juga.
Therefore, the essence of the mundane dharma, such as the multiplication table, treatment of burning injuries, the procedure of facing it, accepting it, dealing with it, and letting it go, and the “fear no arisen thoughts, but delayed awareness”, is based on memorization. Another way to understand it is that they are all a kind of pithy formulas.Through these pithy formulas, you get the idea what is the best procedure next. So, if we think it through, we will realize that we have been repeatedly using the idea of Dharani to help us learn the whole time when we grow up. If you are in doubt whether this is true, you may recall that you always figured out some ways of your own to remember the contents to be tested before the exams. Take a geography exam for example. Didn’t you come up with all kinds of ways such as pithy formulas or rhymes or codes to help you remember the tedious geography knowledge for the exam? These formulas, rhymes and code are a kind of Dharanis.
所以,回过头来就是告诉大家,正因为我们在世间法上学习是这样子,这也表示说,我们人在学习的过程中,对于架构知识的体系,确实就是一层一层一层的方式去架构的。下层的知识架构完成之后,我们要能够掌握已经架构好的知识领域的话,一定是用我们所熟悉的方式,把它用某一个方式把它组织起来——比方说用口诀的方式,比方说用概念的方式。当你把这个复杂的知识,一层的知识把它形成一个统合的口诀,或是形成一个统合的概念的时候,这个就表示你正在用陀罗尼的概念。
Pembelajaran ilmu duniawi adalah proses membina. Untuk menyenang kita menguasai satu jenis ilmu, kita mesti mengguna cara-cara yang sesuai kepada diri sendiri, sebagai contoh satu formulasi, atau ringkasan, atau definisi untuk menghafal kandungan yang rumit. Semasa kita membuat demikian, kita sedang menggunakan konsep Dharani.
The point is to tell everyone that learning is a build-up process. To better remember the knowledge we usually use different ways, for example a summary or code or formula or definition to reorganize the contents. When we do this, we are using the concept of Dharani.
Berdasarkan konsep ini, kita mengimbas balik apakah yang telah dikatakan dalam“Maha Prajna-Paramita Sutra”, kenapa Dharani dapat memegang semua Dharma yang baik tanpa menghilang, dapat menghalang semua Dharma yang tidak baik supaya tidak dilahir? Kata Bodhisattva Nagarjuna bukan bermaksud satu jenis Dharani dapat berfungsi untuk menguasai semua. Maksud kata Bodhisattva Nagarjuna adalah apabila kita hendak Dharma yang baik tidak hilang, kita perlu mempraktikkan pelbagai jenis Dharani mengikuti apa jenis Dharma baik yang kita hendak memegang sekarang. Apabila kita memegang banyak jenis Dharma baik, mesti ada banyak jenis Dharani yang sesuai kepada semua pelajar. Sasaran utama ini adalah untuk memimpin makluk belajar semua Dharma Buddhisme. Oleh itu, cara ini mesti diikuti. Harap sekarang kamu sekalian sudah tidak rasa asing terhadap Dharani. Sebab ini adalah cara dalam pembelajaran kita.
Based on this concept, let’s think through why it says in the “Mahaprajna Paramita Sastra” that Dharani can help us to hold all kinds of wholesome Dharmas and prevent them from losing, and restrain all evil thoughts and behavior from arising? Bodhisattva Nagarjuna didn’t mean that there was only one Dharani and it was the master key to everything. What Bodhisattva Nagarjuna was saying is that if we want to hold the wholesome Dharmas with no exception, we must have the matching Dharanis. It’s the same case when Buddha taught wholesome dharmas to his disciples. He would teach his disciples different Dharanis to different dharmas. The main purpose was to lead all sentient beings to learn all Dharmas. And they must be learned in this way. Since it is the universal way for us to learn things, I hope the original definition of Dharani, meaning to summarize all dharmas, all articles and all meanings in only one article, or one dharma, or one meaning, would not be new to you. It is simply because this is the way we learn.
Kemungkinan kamu sekalian akan bertanya: “Dharani ialah cara belajar ilmu, kenapa kami menyebutkan Vinaya-Dharani dalam cerita?” Kami di sini ingin memberitahu kamu sekalian, Dharani adalah satu cara untuk memegang, untuk menghafal sesuatu, ia boleh digunakan di situasi yang positif atau negatif. Dharani ialah satu cara, sesuatu yang neutral, tiada berkaitan dengan baik atau buruk. Dalam episod ini, Bodhisattva Nagarjuna menentukan Dharani sebagai: “Memegang semua Dharma yang baik supaya ia tidak hilang, dan menghalang semua pemikiran jahat and perbuatan buruk daripada dilahir”, beliau hanya menekankan pada arah positif. Ini sebab dalam Buddhisme kami memberitahu bahawa Dharani mesti menekankan pada Dharma yang baik. Kalau kami bukan memberitahu bahawa Buddhisme, tetapi memberitahu bahawa ilmu duniawi, mesti ada baik atau jahat. Walaupun Dharani ialah satu pemikiran neutral, tetapi semasa ia digunakan, ia boleh menjadi baik atau jahat.
Maybe some people would wonder why Vinaya-Dharani is even mentioned in the story if Dharani is only a dharma-gate of memorizing for learning in the secular world and also a way of learning. We have to mention that Dharani, as an overall summary or a way of memorization, can be used for something either positive or negative. Dharani itself is just a kind of method, it is neutral, and it has nothing to do with good and evil. But in this episode when Bodhisattva Nagarjuna defined Dharani, “to hold the wholesome Dharmas and stop them from losing, and restrain all evil thoughts and behavior from arising”, he seemed to apply Dharani to only positive things. The reason is that when we talk about Dharani in Buddha Dharma we are talking about wholesome dharma, of course. We are talking about the dharma of purity which will benefit all those who practice. However, if we are talking about Mundane Dharma instead of Buddha Dharma, then of course there are good and evil. Although Dharani is just a neutral way of memorizing, when it is applied, it may present either good or evil.
Oleh itu, Vinaya-Dharani yang telah disebut dalam cerita, kita boleh nampak ia berfungsi untuk mencederakan orang lain. Nampaknya boleh mencederakan orang, ia bukan Dharma yang berfaedah. Ia bukan sahaja boleh mencederakan orang lain, ia akan mencedera sesiapa yang menggunakannya. Bagaimana ia adalah Dharma yang berfaedah jika ia mencederakan kedua-dua pihak? Oleh yang demikian, Vinaya-Dharani yang disebut dalam cerita adalah bertentangan dengan Dharma Buddhisme. Berkaitan dengan Dharani, ia merangkumi banyak kandungan lagi. Sebagai contoh Lima Ratus Dharani telah disebut dalam “Prajñā Sutras”, dan Dharani yang indah disebut dalam "Yogācārabhūmi-śāstra" yang ditulis oleh Bodhisattva-Mahāsattva Maitreya perlu dipraktik oleh Bodhisattva Avalokitêśvara. Dharani semuanya ini adalah berfaedah untuk mempraktik Dharma Buddhisme.
In terms of the Vinaya-Dharanai mentioned in the story, first of all, we can see that its purpose is to harm people. Since it will harm people, it cannot be a wholesome Dharma. Furthermore, not only will it harm the others, it will also harm the person who uses it. How can a Dharma be wholesome if it harms both the counterpart and the user himself? Therefore the Vinaya-Dharanai mentioned in the story is completely opposite to that mentioned in the Buddha Dharma. Regarding Dharani, there is much more about it. For instance, the so-called Five-Hundred Dharani is mentioned in the “Prajñā Sutras” and the Wonderful Dharani that the Bodhisattva Avalokitêśvara must possess in "Yogācārabhūmi-śāstra" by Bodhisattva-Mahāsattva Maitreya. These Dharanis are related to the practice and verification of Buddha Dhrama and are helpful for everyone’s Dharma cultivation.
我们在接下来几集里面再来跟大家谈,今天就先上到这里。
Hari ini kami belajar sampai sini, akan berbincang lagi di episod kemudian.
That’s it for today. We will have more to discuss with you in the following episodes.